ARTI DARI BILANGAN SEWELAS, SELAWE, SEKET, SEWIDAK

PENYIMPANGAN POLA PENAMAAN BILANGAN DAN PETUAH USIA JAWA.

Mencermati urutan bilangan, terutama dalam bahasa Jawa, akan menimbulkan pertanyaan tentang nama bilangan yang menyimpang (berbeda) dari pola yang ada. Penyimpangan tersebut terjadi pada beberapa angka sampai angka 60. Ya, sampai angka 60, tidak jauh-jauh dari capaian usia manusia Jawa. Sepertinya penyimpangan tersebut memang ditujukan untuk mengingatkan usia manusia. Coba kita lihat. 

Pertama angka 11-19 tidak disebut sepuluh siji, sepuluh loro, …, sepuluh songo; melainkan sewelas, rolas,…, songolas. Disini sepuluhan diganti welasan. Artinya pada usia 11-19 adalah saat-saat berseminya rasa welas asih (belas kasih) terutama kepada lawan jenis. Masa akil balik. Masa remaja. Dalam banyak bahasa bilangan 11-19 memang diberi nama dengan pola yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia disebut dengan belasan. Dalam bahasa Inggris disebut dengan teen, sehingga remaja pada usia tersebut disebut teenagers. 

Selanjutnya bilangan 21-29 dalam bahasa Jawa juga dinamakan berbeda dengan pola umum yang ada. Dalam bahasa lain biasanya sesuai pola. Misal dalam bahasa Indonesia diucapkan dua puluh satu, dua puluh dua,…, dua puluh sembilan. Dalam bahasa jawa tidak diberi nama rongpuluh siji, rongpuluh loro, dst; melainkan selikur, rolikur, …, songo likur. Di sini terdapat satuan LIKUR yang tidak lain merupakan kependekan dari LIngguh KURsi, artinya duduk di kursi. Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “tempat duduknya”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya; apakah sebagai pegawai, pedagang, seniman, penulis, dan lain sebagainya. 

Namun demikian ada penyimpangan di atas penyimpangan tadi. Bilangan 25 tidak disebut sebagai limang likur, melainkan selawe. SELAWE singkatan dari SEneng-senenge LAnang lan WEdok. Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan. Maka pada usia tersebutlah pada umumnya orang menikah(dadi manten) Mungkin tidak tepat pada usia 25, tapi diantara 21-29 lah yang pas. Pada saat kedudukan sudah diperoleh, pada saat itulah seseorang siap untuk menikah. 

Bilangan selanjutnya sesuai dengan pola: telung puluh, telung puluh siji, telung puluh loro, dst. Tapi ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50. Setelah sepuluh, rongpuluh, telung puluh, patang puluh, mestinya limang puluh. Tapi 50 nama -nya menjadi seket. Pasti ada sesuatu di sini. SEKET dapat dipanjangkan menjadi SEneng KEthonan, suka memakai kethu/tutup kepala/topi/kopiah. Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk nutup botak, atau rambut yang memutih. Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang beribadah. Pada usia 50 mestinya seseorang lebih memperhatikan ibadahnya. Setelah sejak umur likuran bekerja keras mencari kekayaan untuk kehidupan dunia, sekitar 25 tahun kemudian, yaitu pada usia 50 perbanyaklah ibadah, untuk bekal memasuki kehidupan akhirat. 

Baca Juga

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan enem puluh melainkan sewidak atau suwidak. T SEWIDAK dapat dipanjangkan menjadi SEjatine WIs wayahe tinDAK. Artinya: sesungguhnya sudah saatnya pergi. Maka kalau usia kita sudah mencapai 60, lebih berhati-hatilah dan tentu saja semakin banyaklah bersyukur, karena usia selebihnya adalah bonus. Jadi yg sdh nyeket……ayooo semakin semangat ibadahnya….. … itulah berkata istilah…. Semoga berguna…

SANSEKERTA BAHASA KITA BUKAN INDIA

SANSEKERTA BAHASA KITA BUKAN INDIA

Bahasa "Sansekerta" adalah bahasa bangsa Nusantara,Indonesia maju terdahulu,bukan bahasa dan berasal dari "lndia" saat ini... Salah kaprah dan propaganda "Kolonialis",telah menjadikan bangsa ini seolah hanya menjadi bangsa pengimport "Budaya" dan "Bahasa" bangsa lain Saat menjajah....negri ini dinamai "Hindia Belanda" ...hanya dengan satu huruf..."H" hilang...sempunalah... kata "india"...itu menjadi anggapan sumber budaya dan bahasa bangsa Nusantara..dan kita diam Perhatikan : Bahasa "Sansekerta" telah lama ada di Nusantara sejak ribuan tahun lalu di pergunakan leluhur kita,literasi kata "bahasa" (bhāṣa) itu sendiri berasal dari bahasa sanskerta berarti "logat bicara" ini asli bahasa kita Penelitian bahasa Sanskerta oleh bangsa Eropa dimulai oleh Heinrich Roth(1620–1668),Johann Ernst Hanxleden(1681–1731) Sir William Jones, berceramah kepada Asiatick Society of Bengal di Calcutta, 2 Februari 1786, berkata: “..Bahasa Sanskerta, bagaimanapun kekunaannya, memiliki struktur yang menakjubkan...lebih sempurna daripada bahasa Yunani,lebih luas daripada bahasa Latin lebih halus dan berbudaya daripada keduanya,namun memiliki keterkaitan yang lebih erat pada keduanya...baik dalam bentuk akar kata-kata kerja maupun bentuk tata bahasa...yang tak mungkin terjadi hanya secara kebetulan..sangat eratlah keterkaitan,sehingga tak ada seorang ahli bahasa yang bisa meneliti ketiganya...tanpa percaya bahwa mereka muncul dari sumber yang sama,yang kemungkinan sudah tidak ada.." .... muncul dari sumber yang sama,yang kemungkinan sudah tidak ada.."..kata kata terakhir... William Jones,Ini membuktikan sumber "Sansekerta"..itu bukan berada di tempat ia berceramah.."India".. Dalam bahasa Indonesia saat ini ada sekitar 800 kata-kata dari bahasa Sanskerta antara lain :(cintā):cinta,agama (āgama)antariksa (antarikṣa,(arcā)patung,bahaya (bhaya),bejana (bhājana),bidadari(vidyādharī)Buddha (buddha)seseorang yang telah sadar.... Kata-kata ini ada yang diserap langsung dari bahasa aslinya,yang terserap dari bahasa Jawa dipakai sebagai pembentukan kata-kata baru disebut "Neologisme"... ...ing bausastrané Jawa Kuna kurang dari 50% dari itu,bauwarnané, asalé saka basa Sangskreta... Catatan "Mainstream" saat ini tentang Sansekerta adalah terpublikasi nama "Panini" kemudian Devanagari,Bahasa Brahmin lebih tua lagi "Aramik"..itulah sumber sansekerta...benarkah..? 

 ● Pāṇini,orang Pakistan pertama kali menulis tentang tata bahasa Sanskerta yang berjudul Aṣṭādhyāyī,buku tata bahasa Sanskerta karyanya ini memuat 3.959 hukum bahasa Sanskerta ditulis abad ke-5 SM 

Baca Juga

 ● Aksara Devanāgarī/dari bahasa Sanskerta "Kota Dewa" Aksara ini muncul dari aksara "Brahmi" dan mulai dipergunakan pada abad ke-11 

 ● Aksara Brahmi,Aksara ini ditulis dari kiri ke kanan,menurut hipotesis aksara ini berdasarkan huruf "Aramea" digunakan Raja Asoka 270 SM - 232 SM 

 ● Abjad/Bahasa,Aramaik adalah yang dipakai masyarakat Aram, yang tinggal di daerah sekitar Mesopotamia/Siria,sekitar abad ke-10 SM,Kekaisaran Akhemenid 331 SM,Aram Kuno 500 SM,berubah menjadi Aram Imperial/bahasa kekaisaran Perhatikan : Semua yang di anggap sumber abjad/bahasa paling tua adalah thn 500 SM,Sementara di Nusantara jauh sebelum tahun itu telah berdiri tempat belajar ilmu pengetahuan, setingkat Pusat Universitas di antaranya ilmu bahasa ...."Sansekerta" Tempat belajar setingkat Pusat Universitas bernama "Dharma Phala" di svarnadvipa di bangun sebelum "Nalanda" di Bihar India thn 427 M Tokoh Dharmapala 670-580 SM lahir di Svarnadvipa adalah murid Dharmadasa,guru Dharmakirti dan lainya pelopor ajaran "Dharma/Dhamma" di tanah india Jadi...Bahasa "Sansekerta" adalah bahasa asli Nusantara,di pelajari dan di pakai oleh leluhur kita menyebar ke 3/4 muka bumi bersamaan dengan penyebaran palsafah ajaran "Dharma/Dhamma",yang mendasari tumbuhnya 3 Agama besar di India... Kita lah yang mewarnai India...di tandai dengan bahasa "Sansekerta" dan Palsafah dasar utama.."Dharma/Dhamma"... Rahayu...

TRADISI NYADRAN. APA SI NYADRAN ITU?

Tradisi Nyadran
Tradisi Nyadran tak lepas dari upacara yang pernah dilakukan oleh masyarakat Jawa penganut agama Hindu. Tradisi Nyadran atau Srada dilaksanakan pada masa kerajaan Majapahit. Srada dilaksanakan oleh Raja Hayam Wuruk untuk memperingati kematian Rajapatni. Upacara ini dilaksanakan pada bulan Badra tahun Jawa 1284 atau 1362 M. 

Nyadran juga disinggung dalam kitab Pararaton meskipun hanya sekilas. Dalam tradisi Jawa asli, Srada hanya dilaksanakan satu kali untuk satu orang setelah kematiannya mencapai 12 tahun hitungan Jawa. Rajapatni yang dimaksud adalah Putri Gayatri, putri bungsu Raja Kertarajasa yang mangkat pada 1350 M. Upacara Srada dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut. Lambat laun Srada menjadi tradisi masyarakat Jawa ketika itu. Pada hari-hari tertentu, mereka membawa sesaji yang terdiri dari hasil panen dan makanan untuk dibawa ke Punden (makam leluhur) hingga dilarung ke Laut sebagai perlambang puji syukur pada Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Ketika Islam masuk ke tanah Jawa sekitar tahun 1.300, para pendakwah yang lebih dikenal dengan Wali Songo merasa harus berhadapan dengan kultur masyarakat yang sangat kental akan tradisi termasuk upacara Srada tersebut. Kala itu para Wali terutama Raden Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) berusaha agar Islam dapat diterima oleh masyarkat Jawa dengan kegembiraan dan tanpa pemaksaan. Para Wali Songo dalam melakukan syiarnya melakukan pendekatan persuasif, mereka menciptakan sesuatu sebagai daya tarik massa.

 Para Wali berusaha untuk tetap menghormati segala sesuatu yang sudah menjadi tradisi para penganut ajaran Hindu maupun masyarakat yang belum memiliki agama. “Kuatnya keyakinan masyarakat akan tradisi membuat para Wali Songo menggunakan cara pendekatan (menyentuh batin) dengan memasukan nilai-nilai Islam ke dalam tradisi yang dianut oleh masyarakat Jawa. Sebab jika menyeru masyarakat Jawa langsung dengan ketegasan syariat Islam, pasti dakwah para Wali Songo akan mendapat penentangan dari masyarakat Jawa waktu itu ,” Pada saat iman masyarakat sudah mantab memeluk agama Islam, mantra-mantra kepada para arwah leluhur saat upacara Srada di Desa Singkal, Kediri oleh Wali Songo diganti dengan bacaan Tasbih, Tahmid dan Takbir yang dirangkai dengan bacaan surat-surat pendek dari Al Qur’an dan dilestarikan hingga sekarang. Tumpeng Dan Ingkung. Ciri khas Sadranan/Nyadran di Temanggung,Wonosobo, Banyumas, Magelang dan sekitarnya adalah membawa makanan yang berupa Tumpeng, Inkung Ayam dan sayuran masak. Hal tersebut tak lepas dari sejarah silam yang terjadi ketika Wali Songo memerangi Kanibalisme dari para penganut aliran Bhairawa Tantra. Bhairawa Tantra adalah sekte rahasia dari sinkretisme antara agama Budha aliran Mahayana dengan agama Hindu aliran Çiwa. Sekte ini muncul kurang lebih pada abad ke-6 M di Benggala sebelah timur. Dari Benggala kemudian tersebar ke utara melalui Tibet, Mongolia, masuk ke Cina dan Jepang. Sementara itu cabang yang lain tersebar ke arah timur memasuki daerah Asia Tenggara, termasuk ke kawasan Dieng, Indonesia. “Bhairawa Tantra adalah bentuk aliran pangiwa (kiri) dari interpretasi ajaran Tantrayana. Sekte ini menyimpang dari ajaran Pancamakara pada Kitab Kali Mantra karena bukan reperentasi ajaran Budha atau ajaran Hindu,”. Salah satu ritual dari Bhairawa Tantra dikenal dengan nama Pancamakarapuja. Saat melakukan upacara Pancamakarapuja, para penganut pangiwa itu berkumpul di sebuah tempat pembuangan mayat yang disebut Ksetra. Mereka membentuk sebuah cakra atau lingkaran sambil membawa Tumpeng. 

Lalu, akan dilakukan 5 ritual yang disebut Mo Limo, yaitu Mamsa (daging), Matsya (ikan), Mada (mabuk), Maithuna (bersetubuh) dan Mudra (meditasi). Ritual Pancamakarapuja akan diawali dengan prosesi memakan daging dan ikan secara ramai-ramai. Kemudian mereka menari-nari dan minum hingga mabuk. Dalam keadaan sakau, para penganut Bhairawa Tantra akan melakukan persetubuhan secara massal. Upacara diakhiri dengan meditasi, ketika tubuh mereka telah kehilangan nafsu birahi. “Pada tingkatan khusus, daging, ikan dan minuman dalam ritual Pancamakarapuja digantikan dengan mayat, ikan suro dan darah manusia yang dibunuh sebagai persembahan,”. Penganut Bhairawa Tantra ini sangat anti terhadap Islam bahkan penganut Hindu dan Budha pun dimusuhi dan para pemuka agama-agama tersebut dibunuh untuk dijadikan sesaji. Hingga seorang ulama dari Iran bernama Sayid Syamsudiin Al Bakir Al Farsi yang oleh masyarakat Jawa di kenal dengan nama Syeikh Subakir yang bertempat tinggal di Gunung Tidar. Sayid Syamsudin terlalu kuat untuk dihadapi oleh para pengikut Bhairawa Tantra sehingga mereka melarikan diri ke Banten dan Banyuwangi. 

 Di Banyuwangi penganut Bhariawa Tantra yang dipimpin Bajul Sengoro dan Minak Sembuyu kewalahan menghadapi Maulana Ishak yang datang dari Malaka dan Putri dari Minak Sembuyu, Dewi Sekardadu, dinikahkan dengan Raden Ishak.

Baca Juga

Dari pernikahan tersebut lahir seorang anak laki-laki bernama Muhammad Ainul Yakin (Sunan Giri). Para pengikut Bhairawa Tantra di Banyuwangi ternyata tidak semuanya menyerah. Mereka sebagian lari ke Bali dan sebagian lari ke Kediri. “Di Kediri mereka di hadang Sunan Bonang dan mengalami kekalahan sehingga semua pengikut Bhairawa Tantra bertaubat. Sunan Bonang masih mempersilahkan mereka tetap melakukan Pancamakarapuja dengan memakan Tumpeng namun meminum arak harus dihentikan. Persetubuhan di dalam upacara harus dihilangkan dan daging manusia diganti dengan daging ayam berbentuk Ingkung dan Mantra dalam upacara diganti dengan bacaan Dua Kalimah Syahadat,”. Maka dari itu, Tumpeng dan Ingkung Ayam bukan merupakan tradisi Hindu melainkan filosofi kemenangan syiar Islam terhadap tradisi Kanibalisme dari aliran Bhairawa Tantra. Oleh karena itu, sangat tidak bijak apabila ada pihak-pihak yang menganggap tumpeng dan ingkung ayam dalam Sadranan sebagai kemusyrikan. Oleh: Gus Muwafiq

MENGAPA ORANG JAWA TIDAK MANTU DI BULAN SURO?

Mengapa Orang Jawa Tidak Mantu di Bulan Suro?


Orang Jawa kalau Bulan Suro (Asyuro-red) tidak mantu (menikahkan anaknya) maka dianggap bid’ah. (Ada yang bilang) ini termasuk kesesatan karena menganggap bulan Muharaam (Suro) dihukumi haram untuk menikahkan anaknya. (Katanya) itu termasuk kesesatannya orang jawa. Ada yang bilang seperti itu dan banyak yang percaya. Akhirnya melanggar, Bulan Suro menikahkan anaknya. Padahal Bulan Suro itu, orang Jawa mengambil dari bahasa Arab Bulan Asyuro. Bulan Asyuro sama orang Jawa diambil belakangnya saja. Jadi bulan Suro. 

Orang Jawa itu kan senang mengambil belakangnya saja. Abdullah diambil belakangnya saja jadi dullah. Muhammad diambil belakangnya jadi Mad. Arifin jadi Ipin. Bulan Asyuro, sampai Jawa itu diambil belakangnya menjadi Bulan Suro. Begitu ganti Suro, orang Jawa tidak berani mantu. Hajatan nggak berani. Sampai memperbaiki pintu saja tidak berani. Itu benar atau tidak? Benar. Jadi ini termasuk keyakinanya orang jawa yang benar. Bila perlu mari kita lestarikan keyakinan semacam ini. Seperti kita tidak melupakan tanggal 12 Maulud, bulan kelahiran Nabi. Tanggal 27 Rojab, Isra’ mi’raj Nabi. Dan Bulan Suro cara untuk memperingatinya jangan mantu. Ajari anak cucu kita kalau Bulan Suro jangan mantu. Sebab kenapa? Kita itu orang Islam. 

 Pertama kali Islam turun itu di Makkah. (lalu) Pindah ke madinah. Di Madinah itu akhirnya Islam jadi besar. Dari Madinah Islam itu pindah ke mana? ke Basrah. Basrah itu daerah di luar bangsa arab. Daerah itu berada di sekitar Iran Irak. Negaranya namanya Persia. Dari Madinah yang di utus ke Persia itu Sayyidina Ali. Sayyidina Ali itu termasuk sepupu, mantu dan murid kinasih Rasulullah. Rasulullah pernah bersabda, “aku gudangnya ilmu, Ali pintunya.” Saking pinternya Sayyidina Ali. Disuruh keluar menghadapi orang Persia. Orang Persia itu pintar-pintar. Sayyidina Ali lalu boyong sama istrinya Siti Fatimah bawa anak dua, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen. 

 Di Basrah, Sayyidina Ali hidup berdampingan dengan masyarakat yang jelas bukan Islam. Hidup dengan rukun dan baik. Sampe orang Persia terkesima. Sampai ingin mengambil mantu putranya Sayyidina Ali. Akhirnya putranya Sayyidina Ali diambil menantu oleh raja Persia. Sayyidina Ali memberikan Sayyidina Husen. Terjadi pernikahan anak Raja Persia dan Sayyidina Husen. Akhirnya lama-lama karena sudah berkeluarga sudah jadi kerabat. Maka Raja Persia ini meninggalkan agama Majuzi. Islam berkembang di sana. Agama baru. Cuma (waktu itu) di Madinah terjadi konflik. Perebutan kekuasaan antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah. Hasilnya Usman terbunuh. Begitu Usman meninggal, Sayyidina Ali disuruh pulang ke Madinah. Sayyidina Ali pulang. Di Madinah menggantikan Usman. Begitu menggantikan Usman, terjadi gejolak politik, sampai Sayyidina Ali terbunuh. Sebab Sayyidina Ali terbunuh, Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husen pulang ke Madinah. Begitu di Madinah, Hasan Husen menjadi masalah. Yazid bin Muawiyah merasa tersaingi maka terjadi intrik politik sampai Sayidina Hasan terbunuh kena racun. Tambah keras konflik dengan Yazid akhrinya Sayyidina Husen pulang ke Persia. Begitu dzuriyah Nabi di pimpin Sayyidina Husen pulang, Yazid merasa ini melarikan diri. Akhirnya Yazid mengirim pasukan. Yang dikirim ini pasukan perang. Untuk apa? Untuk menyusul Sayyidina Husen serombongan. Tanggal 9 Asyuro ketangkap di Padang Karbala. Dikepung. Dan akhirnya entah apa yang terjadi, terjadi pembantaian habis-habisan. Anak cucunya Nabi habis dibantai di situ tanggal 10 asyuro. Habis. Ludes banjir darah. Lha ini menjadi pertanda bahwa tanggal 10 bulan Asyuro adalah tahun duka cita kaum muslimin sedunia. Seluruh kaum muslimin berduka tanggal 10 Asyuro. Maka peristiwa ini tidak akan dilupakan sama orang Islam. Ada yang memperingati dengan menggunakan bubur merah putih. Merah tanda darah. Putih tanda tulang. Ada yang memperingati dengan membuat keranda-keranda lalu diarak keliling. Itu menandakan begitu banyaknya keranda waktu itu yang berisi mayat cucu-cucunya Nabi. Nah orang sini, memperingati Asyuro, terbunuhnya cucu-cucu Nabi, biar gak lupa, dikemas dengan santunan anak yatim. Jadi kalau bulan Suro orang Jawa tidak mantu, tidak perkara Nyi Roro Kidul mantu, bukan. Itu fitnah terkejam buat umat Islam indonesia. 

 Orang Jogja sendiri kalau Bulan Suro keliling Benteng sepuluh kali atau tujuh dengan tidak bicara. Saking sedihnya dengan berita duka itu, tanggal 10 bulan Suro jangan kebanyakan omong. Maka puasa bisu. Orang Solo melebur dirinya dengan kotoran kerbau. Itu dalam rangka, seperti ini kita itu, cucu-cucu Nabi wafat menunjukkan dukanya dengan mandi kotoran kerbau. Maka kadang orang yang tidak mengerti orang Jawa, itu menyalahkan. Islam indonesia itu disangka dan dituduh seperti bukan ajaran Islam dari Nabi. Kayak tumbuh sendiri. Selalu dikatakan bid’ah. Lihat ingkung ayam, bid’ah. Lihat tumpeng, bid’ah. Lihat orang tahlil, musyrik. Lihat orang baca sholawatan sambil berdiri, musrik. Sampai punya bendera, dikatakan musyrik. Termasuk Suronan, orang menganggap Suronan itu bidah, musryik, Nyi Roro Kidul mantu.

Baca Juga

Orang kediri yang memfitnah (membuat cerita) Nyi Roro Kidul mantu. Aslinya orang pati. Namanya Ngabdullah. Ikut Belanda, pindah Kediri berganti nama jadi Kiai Tunggul Wulung. Itu yang nulis kitab Sabdo Palon Noyo Genggong. Pernah dengar cerita Sabdo Palon? Itu cerita kalau lima ratus tahun ke depan, Majapahit akan bangkit lagi. Untuk menunjukkan bahwa Islam di indonesia itu terjadi karena menyerang Majapahit. 

 Padahal yang meruntuhkan Majapahit adalah Raja Kediri. Namanya Girindra Wardana. Anak cucunya Kertajaya, anak cucunya Jaya Katwang. Itu perang bebuyutan. Lha itu dibalik, sama Ngabdullah ini. Di balik kalau yang menyerang Majapahit itu orang Islam dari Demak. Akhirnya terjadi perjanjian, aku mimpin cuma 500 tahun. Setelah 500 tahun, Majapahit bangkit lagi, ditulis dengan tulisan Sabdo Palon Noyo Genggong. Itu karyanya dia. Akhirnya ornag percaya. Termasuk yang menulis cerita dalam bentuk serta bernama Darmo Gandul Gatoloco. Itu ya Ngabdullah. Termasuk yang buat cerita kalau Bulan Suro itu Ratu Kidul mantu. Itu banyak yang percaya. Termasuk Pak Harto (percaya). Kalau tidak tahu orang Jawa, orang Jawa selalu disalahkan. Padahal ini cara orang Jawa karena begitu hormatnya dengan kanjeng Nabi. Karena peristiwa itu (terbunuhnya cucu-cucu Nabi di Padang Karbala tanggal 10 Asyuro) tidak dilupakan. Asal usulnya, dari jalur itu. Maka orang itu diajari jangan sampai lupa. Kalau Bulan Suro, bulan duko (duka). 

Note: Tulisan ini merupakan hasil transkip ceramah Gus Muwafiq.

SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT ( Prof. B.J Habibie )

Ungkapan Hati BJ Habibie soal akhirat yang bikin merinding 8 Jan 2019 Pidato BJ Habibie viral. Mantan Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya. 

 SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT. KALAULAH SEMPAT ? 

Renungan utk kita semua !!!! --------------------( by BJ Habibie ketika berpidato di Kairo, beliau berpesan "Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu technology sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih bermanfaat untuk umat .Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu Agama." ) Sepi penghuni... Istri sudah meninggal... Tangan menggigil karena lemah... Penyakit menggerogoti sejak lama... Duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman... Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu... 

 Tiga anak, semuanya sukses... berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri... » Ada yang sekarang berkarir di luar negeri... » Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi... » Dan ada pula yang jadi pengusaha ... Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol » semuanya kaya raya... Namun.... Saat tua seperti ini dia "merasa hampa", ada "pilu mendesak" disudut hatinya.. Tidur tak nyaman... Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yg penuh kenangan Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur... Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya.... Dari sudut mata ada air yang menetes.. rindu dikunjungi anak-anak nya Tapi semua anak nya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain... Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan....  

Sudah terlanjur melemah... Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak... sepanjang waktu .... Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya... atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti_ Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti... yang pasti hanyalah KEMATIAN. Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya..._ Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC... Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang..._ Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .? Kira-kira jika malaikat "datang menjemput", akan seperti apakah kematian nya nanti. Siapa yang akan memandikan ? Dimana akan dikuburkan ?? Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan? Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti? Rumah akan di tinggal, asset juga akan di tinggal pula... 

Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak ??? Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan ??? Apa lagi jika anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama??? Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja..._ "Kalau lah sempat" menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, Rumah Yatim, Panti Asuhan atau ke tempat-tempat di jalan Allah yang lainnya... "Kalau lah sempat" dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang...... "Kalau lah sempat" memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang yang memerlukan..... "Kalau lah sempat" membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat, dan handai taulan...

Baca Juga

Kalau lah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi "Amal Penolong" nya ... Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi 'Orang yang shaleh', dan 'Ilmu Agama' nya lebih diutamakan Ibadah sedekahnya di bimbing/diajarkan & diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan 'Terbangun Malam', 'meneteskan air mata' mendoakan orang tuanya. Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama...

 "KALAULAH SEMPAT" Mengapa kalau sempat ? Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita ? Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri. Kenapa kita tidak lebih serius? Menyiapkan 'bekal' untuk menghadap-Nya dan 'Mempertanggung Jawabkan kepadaNya? Jangan terbuai dengan 'Kehidupan Dunia' yang bisa melalaikan..... Kita boleh saja giat berusaha di dunia....tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang & kekal di akhir hidup kita. ( bagi yang menyebarkan catatan ini semoga menjadi sodaqoh ilmu & ladang amal Shaleh)_ Teruslah menjadi "si penabur kebajikan" selama hayat masih dikandung badan meski hanya sepotong pesan. Semoga Bermanfaat...🙏 Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie
Back To Top